Program Studi D4 Tata Busana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Sukses Melakukan Program PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) Bagi Warga Tenggilis Mejoyo Surabaya Melalui Pelatihan Pembuatan Batik Canting Cap Kertas

Sejak tahun 2019 semua program studi D3 di Unesa telah di upgrade menjadi Program Studi Sarjana Terapan (D4) salah satunya adalah program studi Tata Busana. Semua Program Studi Sarjana Terapan dengan total 10 program studi kini dijadikan satu dalam Program Vokasi Universitas Negeri Surabaya. Salah satu kegiatan dibawah koordinasi Program Vokasi Unesa ini adalah kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang dilakukan oleh kelompok dosen Program Studi D4 Tata Busana yang terdiri dari 3 orang yaitu: Dra. Yulistiana, M. PSDM., Dra. Urip Wahyuningsih, M.Pd., dan Indarti S.Pd. M.Sn. Serta beberapa mahasiswa Prodi D4 Tata Busana angkatan 2019 yang membantu pelaksanaan kegiatan.
Menurut ibu Yulistiana, ketua dari kegiatan, Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan di daerah Tenggilis Mejoyo RT 04 RW 04, karena banyak perempuan yang berdomisili di daerah ini yang pada umumnya adalah buruh, pekerja rumah tangga serta mahasiswa. Mereka yang pada dasarnya memiliki waktu cukup luang, tetapi kurang memiliki keterampilan. Sehingga ditawarkan kegiatan pelatihan keterampilan yaitu pelatihan membuat batik dengan canting cap kertas.
Batik merupakan warisan budaya nusantara yang mempunyai nilai dan perpaduan seni yang tinggi, syarat dengan makna filosofis dan symbol penuh makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuatnya. Teknik membatik yang telah dikenal sejak lama adalah menulis menggunakan canting berbahan logam, yang dikenal dengan istilah batik tulis. Proses pembuatan batik tulis ini memakan waktu yang relative cukup lama. Sebagai alternatif alat yang digunakan untuk memindahkan malam pada kain yaitu menggunakan canting cap kertas, yang nerupakan bahan alternatif selain cap tembaga.
Berangkat dari prinsip 3R, salah satunya adalah recycle, yaitu mendaur ulang bahan yang sudah tidak terpakai lagi, untuk dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat, maka canting cap kertas dibuat dari kertas atau karton bekas, yang merupakan limbah yang banyak dihasilkan di rumah tangga. Canting cap kertas ini merupakan alat stemple batik dari bahan yang lebih sederhana dan ramah lingkungan, dan dapat digunakan berulang kali. Canting cap kertas sangat mudah membuatnya dan dengan bahan yang sangat murah, jauh berbeda dengan cap tembaga yang sangat mahal harganya.
“Pelatihan membuat batik menggunakan canting cap kertas yang dibuat sendiri dengan memanfaatkan kertas atau karton dari limbah rumah tangga. Peserta akan diberikan kebebasan untuk membuat desain/ motif sendiri sesuai keinginannya, dengan memperhatikan syarat-syarat untuk pemilihan atau pembuatan motif yang sesuai untuk stemple batik.” Ungkap Ibu Yulistiana sebagai ketua tim PKM.
Pelatihan ini dilaksanakan dalam dua gelombang untuk menerapkan protokol kesehatan yaitu menjaga jarak, sehingga jumlah peserta pelatihan dibatasi. Pelatihan diawali dengan pemaparan materi, dilanjutkan dengan pembuatan canting cap kertas, proses pembuatan batik dengan cap kertas, sampai proses pewarnaan. Proses pewarnaannya juga menggunakan pewaarna alam yaitu dari daun mangga yang ada disekitar lingkungan tempat pelatihan. Para peserta pelatihan tampak antusias mengikuti proses pembuatan batik canting cap kertas yang telah di desain sendiri oleh masing-masing peserta pelatihan. Menurut bapak Widodo, ketua RT yang juga hadir dalam kegiatan ini mengatakan “saya berharap kegiatan pelatihan ini dilakukan secara berkelanjutan karena sangat bermanfaat untuk warga Tenggilis Mejoyo untuk memperoleh keterampilan yang dapat dikembangkan menjadi bekal wirausaha bagi ibu-ibu dan remaja putri di lingkungan RT 04 RW 04 ini”.